KONSEP PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)



PELAKSANAAN PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT)  PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
Menurut Cook (2000), pelaksanaan Konsep Pengelolaan Kesehatan Tanaman (PKT) terdiri dari  :

  1. Penggunaan bibit atau bahan tanam yang bebas patogen dan berkualitas tinggi
  2. Pengolahan, sanitasi, dan pemupukan lahan
  3. Penanaman bibit atau bahan tanam secara benar
  4. Pengairan yang cukup dengan air yang bersih dan berkualitas tinggi
  5. Pengelolaan hama, penyakit, dan gulma secara terpadu
  6. Pemanenan, penanganan, dan penyimpanan hasil secara benar



A.    PENGOLAHAN  TANAH PADA TANAMAN JAGUNG

1) Persiapan

Gb. Membalik tanah menggunakan mesin traktor

          Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh  tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.



2) Pembukaan Lahan

                 
Gb. Membersihkan sisa tanaman sebelumnya

          Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman  sebelumnya.  Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah,  kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan

                 
Gb. Bedengan yang siap ditanam

           Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya yang kurang baik.
4) Pengapuran

                  
Gb. Pengapuran pada tanah masam

     Daerah dengan pH kurang dari 5, maka perlu dilakukan pengapuran. Jumlah kapur yang  diberikan berkisar antara 1-3 ton/ha yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman.
 
B.     PERSIAPAN BIBIT DAN BENIH JAGUNG

        1. Pemilihan benih

Benih jagung bersari bebasa dapat di produksi sendiri oleh petani. Untuk itu diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :
* Benih diambil dari tanaman tongkol yang baik dan sehat
* Tongkol berumur tua, ukurannya besar, dan kelobot menutup rapat sampai ke ujung tongkol
* Bentuk tongkol bulat panjang, barisan biji lurus, dan warna biji seragam
* Dari tongkol-tongkol yang terpilih, biji yang diambil adalah biji dari 2/3 bagian tengah tongkol, 1/6 ujung dan 1/6 pangkal tidak dipilih, biji-biji yang diambil adalah biji-biji yang sama besar bentuknya dan sehat
* Biji-biji yang yang terpilih siap dijadikan benih dengan syarat daya kecambah benih 90 %, kadar air 12-14 %, murni (tidah tercampur dengan benih varietas lain), sehat (bebas dari  serangan hama dan penyakit), bainh bebas dari kotoran, tidak rusak, dan (seragam ukuran, bentuk dan warna biji)


       2.  Kebutuhan benih

Kebutuhan benih jagung persatuan luas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;

* Jarak tanam

* Jarak benih per lubang

* Kesuburan tanah

* Daya kecambah

* Berat benih

Kebutuhan benih jagung berkisar 20-40 kg/ha

           3.      Perlakuan benih


Gb. Perendaman benih dengan insektisida
       Langkah pencegahan untuk mengatasi serangan lalat bibit (Atherigona exigua Stein) perlu dilakukan seed treatment dengan insektisida karbosulfon. Dosis yang digunakna 2,5 gr karbosulfon untuk 1 kg benih jagung. Cara pemberiannya adalah, campurkan karbonsulfon dengan sedikit air, kemudian campur merata dengan benih jagung. 
 
C.    CARA PENANAMAN
               
Gb. Penanaman jagung secara tugal
       Penanaman benih jagung ditanam dengan jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua tanaman. Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun. Pembuatan lubang tanaman  dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2 orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi memasukkan pupuk dasar dan menutup lubang). Jumlah benih yang dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2 tanaman per  lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir benih per lubang. Di lahan sawah irigasi, jagung biasanya ditanam pada musim kemarau. Di sawah tadah hujan, ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal musim hujan dan akhir musim hujan. 

D.    PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG

Gb. Penyiraman tanaman jagung menggunakan springkel
         Pemeliharaan tanaman jagung dapat dilakukan 6 cara yaitu penjarangan atau penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, penyiraman dan penyemprotan. Penjarangan dilakukan saat ada benih yang satu lubang ada dua jagung maka dilakukan penjarangan, dan penyulaman dilakukan penyisipan tanaman yang mati dan mengantikan tanaman baru. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan tanaman yang menganggu di sekitar tanaman jagung. Pembubunan dilakukan secara bersamaan dengan penyiangan yang bertujuan untuk memperkuat atau mempercepat pertumbuhan tanaman.
            Pemupukan dilakukan 3-4 minggu setelah tanam menggunakan pupuk urea, kcl, tsp sesua dengan dosis yang sudah di tentukan. Penyiraman dilakukan scukupnya 2 kali dalam sehari. Sedangkan penyemrotan dilakukan pada saat tanaman sudah terkena hama dan penyakit yang bertujuan untuk mengendalikan penyakit tanaman.



E.     Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu

Pengendalian organisme pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yakni pengendalian populasi organism pengganggu tanaman  dengan menggunakan satu atau lebih dari bentuk teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan.  Cara pengendalian yang diutamankan adalah dengan menggunakan pengendalian yang aman untuk lingkungan, pengguna dan konsumen itu sendiri.   Tujuan dari PHT sendiri yaitu untuk tetap mempertahankan populasi hama dibawah ambang kerusakan ekonomis bukan untuk menghilangkan ham itu sendiri.

            1.      Pengamatan

Tahapan awal dalam menerapkan konsep PHT adalah dengan melakukan pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT, luas serangan, daerah penyebaran dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Yang terpenting adalah mengidentifikasi hama target seblum melakukan tindakan apapun. Salah identifikasi dapat menimbulkan pengendalian yang tidak efektif dari hama yang sebenarnya. Selain itu juga perlu dilakukan pencarian tanda-tanda khusus dari hama yang menyerang area petanaman.


            2.    Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan analisis dari pengamatan dilapangan. Keputusan dapat berupa diteruskannya kegiatan pengamatan atau pelaksanaan tindakan pengendalian.


           3.      Tindakan Pengendalian

        Tindakan pengendalian dilakukan apabila populasi atau tingkat serangan OPT dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis atau hasil analisis data pengamatan sudah mencapai ambang pengendalian. Syarat dari pengendalian OPT harus memenuhi aspek tekni yaitu :

a. Memadukan berbagai cara pengendalian yang serasi, selaras, dan seimbang dengan menerapkan prinsip PHT.

b.  Mengutamakan pengendalian dengan teknik budidaya yang tepat, pengendalian secara fisik/mekanik, biologi dan genetik.

c.   Menggunakan pestisida apabila sungguh-sungguh sangat terpaksa karena populasi hama sangat tinggi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangatlah berat.

 Pengendalian OPT secara teknik budidaya yaitu dengan melakukan pengolahan tanah yang baik dan benar, menggunakan benih dari varietas yang tahan OPT, benih yang bermutu sehat, dengan pengaturan jarak tanam yang ideal, pola tanam yang baik, waktu tanam yang tepat, pemupukan secara berimbang, pengaturan drainase yang baik serta menanam jenis tanaman perangkap bahkan rotasi tanaman.

   Pengendalian secara fisik maupun mekanik dilakukan dengan cara sanitasi lingkungan secara selektif terhadap tanaman yang terserang OPT, pengambilankelompok telur/ ulat dari tanaman terserang, dan pemasangan penghalang berupa kelambu, rumah kaca atau plastic transparan.

   Pengendalian OPT secara biologis dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami dengan agens hayati. Dapat pula dilakukan dengan sebuah peraturan dengan karantina tumbuhan.

   Alternative terakhir dalam pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia (pestisida). Ditinjau dari bahan aktifnya, pestisida dapat dibagi dalam dua macam, yakni pestisida hayati dan pestisida sintetis. Pestisida hayati adalah pestisida yang terbuat dari mahluk hidup yang bahan aktifnya dapat digunakan untuk pengendalian OPT. sedangkan pestisida sintetis memiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang berada dalam beberapa golongan. Penggunaan pestisida hanya berlaku jika berdasarkan hasil pengamatan terhadap OPT telah melebihi ambang batas pengendalian. Sedangkan aplikasi pestisida harus dilakukan pasa saat OPT berada dalam stadia peka dengan dosis minimum namun efektif dan penyemprotan pada bagian yang terserang saja.



Hama Tanaman Jagung

1.    Lalat Bibit/ Atherigona exigua (Diptera : Muscidae)

Gb. Hama lalat bibit pada tanaman jagung

          Lalat bibit mulai menyerang pada tanaman muda hingga umur 3 minggu. Serangan lalat bibit terjadi pada musim hujan. Larva yang baru menetas masuk dalam jaringan tanaman melalui titik tumbuh sambil makan pelepah daun bagian dasar yang masih menggulung. Dalam waktu yang tidak lama, titik tumbuh mulai layu dan jaringan mulai membusuk dan kemudian tanaman mati. Lalat bibit sangatlah kecil dengan panjang 3-4 mm, berwarna hitam kelabu. Keberadaan lalat ini dapat diketahui jika pengamatan dilakukan pagi hari, mulai pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00-19.00. Lalat bibit aktif terbang disekitar lahan pertanaman. Perkembangan telur sampai dewasa 26 hari. PHT yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman varietas tahan, jika tanaman terserang segera lakukan pemupukan dengan 50 kg/ha urea dengan cara ditugalkan. 
        Upaya pencegahan umur 5-7 hari sebelum tanam dilakuakan penyemprotan insektisida pada sore hari pukul 14.00-16.00 dilahan pertanaman.

  2.    Ulat Grayak/ Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae)

Gb. Ulat grayak pada tanaman jagung

       Ulat ini selalu dating ke area pertanaman dalam jumlah yang besar, ulat ini aktif menyerang pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi ditanah yang lembab. Ciri utama dari ulat grayak ini yaitu pada ruas perut ke-empat dan ke-sepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam dibatasi garis kuning pada bagian samping dan punggung. Pengendalian dengan PHT yaitu melakukan sanitasi lingkungan, pengelolahan tanah dengan membalik tanah hingga ulat dalam tanah mati. Penyebaran musuh alami. Serta pengambilan dengan tangan atau pun alat terhadap larva, kemudian dibakan jika masih bias dikendalikan dengan fisik dan mekanik. Penggunaan Insektisida dengan dosis sesuai anjuran pemakaian jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi.
   3. Penggerek batang/ Ostrinia furnacalis  (Lepidoptera : Pyralidae)

Gb. Hama penggerek batang tanaman jagung

        Larva menyerang daun dan menimbulkan bercak putih pada permukaan daun. Larva  muda dapat pula menyerang pucuk daun yang menggulung dengan cara menggerek, sehingga terbentuklah lubang melintang pada daun. Larva muda bila mengganggu akan menjatuhkan diri. Larva yang baru muncul berwarna merah keungu-unguan dengan warna hitam dikepala dan tubuh yang gelap. Telur berbentuk lonjong dan diletakkan dibawah permukaan daun.Pengendalian dilakukan secara PHT dengan rotasi tanaman atau tanam serentak, tanaman yang terserang diambil hamanya lalu  dibakar/dibunuh, jika tanaman sudah tidak bias berproduksi lagi maka tanamah harus dicabut dan dibakar. Penggunaan insektisida jika diperlukan dan pembersihan inang alternative setelah panen dan sebelum tanam.



4. Ulat Tongkol/ Heliothis armigera (Lepidoptera : Noctuidae)
Gb. Hama ulat tongkol pada tanaman jagung

        Ulat tongkol ini menyerang tongkol yang paling banyak diserang adalah tongkol yang muda dapat pula menyerang daun atau tangkai daun. Larva menggerek masuk melalui bagian ujung tongkol. Telur berbentuk bulat, larva berwarna kuning pucat  dengan kepala berwarna hitam. Pupa diletakkan ditanah. Pengendalian dengan PHT yaitu dengan rotasi tanaman dan penggunaan insektisida jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi dan kerusakan sudah lebih dari 50%.


Penyakit pada Tanaman Jagung

1.    Penyakit Bulai (Peronosclerospora philipinensis)

Gb. Penyakit bulai pada tanaman jagung

          Konidia p. philipinensis berwarna coklat, bersekat, berbentuk bulat. Konidia ini dibentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat disebarkan oleh angin dan dapat terbawa benih.ejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku.

Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Jamur dapat bertahan hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik.

Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora,daun kotiledon tetap sehat. Pengendalian secara PHT yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, meliputi pergiliran tanaman dan tanam serempak. Pemusnahan inokulum dan tanaman sakit dengan cara dicabut dan dibakar. Menggunakan benih jagung varietas tahan. Melakukan perlakuan benih dengan fungisida.



2.    Penyakit Karat daun (Puccinia sorghii)

Gb. Penyakit karat daun pada tanaman jagung

    Jamur ini berwarna coklat, epidermis daun yang menutupnya segera pecah. Urediospora bulat atau jorong, 24-29 x 22-29 mikrometer, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus, tebal 1,5-2 mikrometre, pori 3-4, ekuatoral. Jamur membentuk telium      terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan uredium; biasanya pada waktu tanam menjelanng masak. Teliospora jorong, berbentuk tanbung atau gada, tumpul atau agak meruncing, biasanya agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-23 mikrometer, dengan dinding berwarna coklat. Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.n Puccinia sorghi membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk.

Jamur karat tidak dapat mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung.  P.sorghi terutama juga mempertahankan diri pada tanaman jagung yang masih hidup, dandipencarkan pada urediospora yang dapat terangkut jarak jauholeh angin dengan tetap hidup. Selain pada jagung, jamur ini telah diketahui membentuk uredium dan telium.  Pengendalian dengan PHT yaitu dengan penanaman varietas tahan, sanitasi lingkungan, pergiliran tanaman dan menanam benih sehat.



F.     PEMANENAN TANAMAN JAGUNG

Gb. Jagung siap panen
              Tanaman jagung dapat di panen dilakukan ketika jagung sudah tampak tua, tanaman ini dapat  di panen pada saat berumur 86-96 hari setelah tanam. Jagung yag sudah dapat di panen yaitu biji kering, keras dan mengkilat. Pemanen dilakukan dengan cara memetik atau memutarnya agar mematahkan tangkai buah jagung.
 
G.    PERLAKUAN PASCA PANEN

           1.    Pemisahan Tongkol

   
Gb. Pemilihan tongkol jagung
Pemisahan tongkol dilakukan untuk memisahkan tongkol yang baik dan kurang baik. Dengan tujuan ;

-  Menghindari Penularan Hama Penyakit

-  Menjaga Kualitas Jagung Pipilan Yang Dihasilkan

-  Memudahkan penanganan selanjutnya

           2.    Pengupasan

Gb. Pengupasan kulit jagung
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan.


           3.    Pengeringan

Gb. Pengeringan jagung degan cara dijemur
Pengeringan merupakan kegiatan kritis selama urutan pemanenan pengeringan yang kurang baik mengakibatkan turunnya mutu jagung

Tujuan pengeringan

· Menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di dalamnya

·   Meningkatkan daya simpan biji jagung

· Pengangkutan lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi

·  Khusus untuk jagung yang akan digunakan sebagai benih, pengeringan dapat meningkatkan Viabilitas benih (tingkat pertumbuhan benih)

·   Meningkatkan nilai ekonomi jagung

· Menghindari kontaminasi biji jagung dari cendawan Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan aflatoxin ambang batas Aspergilus flavus menurut FAO 30 (pbb)

            4.    Cara pengeringan

a.    Pengeringan alami

·  Pengeringan dapat dilakukan dengan bentuk tongkol berkelobot, tanpa kelobot, dan pipilan.

·  Untuk menurunkan kadar air dari 38% menjadi 12-14% pada ketiga bentuk jagung tersebut dibutuhkan waktu masing-masing 91 jam, 87 jam dan 57 jam

·  Menggunakan alas atau lantai atau digantung

·  Kadar Air berkisar 9-12%

b.    Pengeringan melalui Pengasapan

·  Dilakukan dengan cara memberikan asap

·  Jarak jagung dengan tongkol dari sumber asap 80 cm

·  Lama pengasapan 7 hari

·  Penurunan kadar air dari 29% menjadi 14%

c.    Pengeringan dengan mesin

· Menggunakan mesin pengering

· Panas pengeringan 38-430 C

· Kadar air 12-13%

Keuntungan Penggunaan  Mesin Pengering

·  Mengemat tenaga manusia terutama musim penghujan

·  Dapat digunakan setiap saat

· Dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai kadar air yang diinginkan

·  Pengeringan dapat dilakukan sekaligus atau bertahap

 d.    Tahapan Pengeringan

Pengeringan awal

Tujuan dari pengeringan awal yaitu ;

-  Menurunkan Kadar air dari kering panen menjadi 18-20%

-  Memudahkan pemipilan

-  Mempercepat pemipilan

-  Mengurangi butir rusak, terkelupas kulit terluka dan cacat akibat pemipilan

Pengeringan akhir

Pengeringan akhir bertujuan untuk menurunkan kadar air dari 18-20% menjadi 12-14% dan dilakukan terhadap jagung yang sudah dipipil

           5.    Pemipilan

Gb. Pemipilan menggunakan mesin
Pemipilan bertujuan  memisahkan biji dari tongkol. Pemipilan dilakukan jika tongkol kering dan  dijemur sampai kering ( Kadar air bji  18%-20%).  Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.



Kelebihan dan Kekurangan Pemipilan Secara Tradisional dan Mekanis

Tradisional

-   Kerusakan rendah

-   Dapat memilih yang rusak

-   Kapasitas rendah

 Mekanis

-   Kerusakan biji relatif lebih besar

-   Kapasitas produksi relatif  tinggi

-   Kehilangan hasil relatif lebih besar



H.    PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN

Gb. Penyortiran biji jagung menggunakan mesin
Setelah jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehingga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran buntirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.



I.       PENGEMASAN

Gb. Pengemasan benih jagung menggunakan mesin
Tujuan

- Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)

- Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban udara yang tinggi, bocoran hujan.

-  Perlindungan dari gangguan hama selama penyimpanan

-  Perlindungan dari gangguan  cendawan



Bahan kemasan yang dapat digunakan

-  Kantung plastik

-  Kertas

-  Karung atau wadah yang kaku



Persyaratan Bahan

-  Mudah didutup

-  Relatif murah

-  Dapat digunakan berulang ulang

-  Dapat menghemat ruangan


J.      PENYIMPANAN

Gb. Gudang penyimpanan jagung
Tempat Penyimpanan

        - Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat ke 
          timur sehingga luas dinding yang tertimpa sinar dapat 
          dikurangi dan gudang tetap dalam kondisi dingin.

        - Guna menghindari serangan  hama, gudang dibersihkan.

        - Kontruksi gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan 
          kebocoran, sirkulasi udara yang cukup dan keamanan.

       - Ventilasi  gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil 
         dan merata.

       - Tempat penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan 
          tinggi minimal 15 cm, sehingga jagung tidak kontak langsung 
         dengan lantai.

       - Hindari celah pada dinding yang dapat dijadikan 
          persembunyian hama.

       - Sekeliling gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan 
          tikus untuk memanjat, dan gudang tidak lembab.

Penyimpanan untuk benih :

        - Untuk bentuk tongkol berkelobot, gantungkanlah di para-para 
           dengan pengasapan tiap hari.

        - Untuk bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering, 
           bungkus rapat-rapat dengan plastik kedap udara, kemudian 
           simpanlah dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat berupa 
           semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka 
          campuran abu tidak diperlikan.



Penyimpanan untuk konsumsi :

Bentuk pipilan dengan kadar air 12%, bungkus secara rapat dengan plastik kedap udara atau kaleng. Atau bungkus dengan plastik yang dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.




Daftar Pustaka

  1. AAK. (1993). Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta. Kanisius.

        2.  Amelia Feryna Bulan Dini. 2014. Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. http://bieanz.blogspot.co.id/2011/04/pengendalian-hama-penyakit-terpadu.html. Diakses pada 
                tanggal 29 Desember 2017 pukul 20.30 WIB.

  1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1998). Budidaya Kedelai dan Jagung. Palangkaraya. Departemen Pertanian.
  2. Saenong, Sania. (1988). Teknologi Benih Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
  3. Widada A. S. 2015. Hama dan penyakit tanaman, Holtikultura dan Perkebunan masalah dan solusinya. Kanisius . Yogyakarta




Komentar