KONSEP PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
PELAKSANAAN PENGELOLAAN KESEHATAN TANAMAN (PKT) PADA TANAMAN JAGUNG (Zea mays)
Menurut Cook (2000), pelaksanaan Konsep Pengelolaan Kesehatan Tanaman
(PKT) terdiri dari :
- Penggunaan bibit atau bahan tanam yang bebas patogen dan berkualitas tinggi
- Pengolahan, sanitasi, dan pemupukan lahan
- Penanaman bibit atau bahan tanam secara benar
- Pengairan yang cukup dengan air yang bersih dan berkualitas tinggi
- Pengelolaan hama, penyakit, dan gulma secara terpadu
- Pemanenan, penanganan, dan penyimpanan hasil secara benar
A. PENGOLAHAN TANAH PADA TANAMAN
JAGUNG
1) Persiapan
Gb. Membalik tanah menggunakan mesin traktor |
Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2) Pembukaan Lahan
Gb. Membersihkan sisa tanaman sebelumnya |
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan dan pengolahan tanah dengan bajak.
3) Pembentukan Bedengan
Gb. Bedengan yang siap ditanam |
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini dibuat terutama pada tanah yang drainasenya yang kurang baik.
4) Pengapuran
Gb. Pengapuran pada tanah masam |
Daerah dengan pH kurang dari 5, maka perlu dilakukan pengapuran. Jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton/ha yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan tanaman.
B.
PERSIAPAN BIBIT DAN BENIH JAGUNG
1. Pemilihan benih
Benih jagung bersari bebasa
dapat di produksi sendiri oleh petani. Untuk itu diperlukan langkah-langkah
sebagai berikut :
* Benih diambil dari tanaman tongkol yang
baik dan sehat
* Tongkol berumur tua, ukurannya besar, dan
kelobot menutup rapat sampai ke ujung tongkol
* Bentuk tongkol bulat panjang, barisan biji
lurus, dan warna biji seragam
* Dari tongkol-tongkol yang terpilih, biji
yang diambil adalah biji dari 2/3 bagian tengah tongkol, 1/6 ujung dan 1/6
pangkal tidak dipilih, biji-biji yang diambil adalah biji-biji yang sama besar
bentuknya dan sehat
* Biji-biji yang yang terpilih siap dijadikan
benih dengan syarat daya kecambah benih 90 %, kadar air 12-14 %, murni (tidah
tercampur dengan benih varietas lain), sehat (bebas dari serangan hama dan
penyakit), bainh bebas dari kotoran, tidak rusak, dan (seragam ukuran, bentuk
dan warna biji)
2.
Kebutuhan
benih
Kebutuhan benih jagung
persatuan luas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu;
*
Jarak tanam
* Jarak benih per lubang
* Kesuburan tanah
* Daya kecambah
* Berat benih
Kebutuhan benih jagung
berkisar 20-40 kg/ha
3. Perlakuan benih
Gb. Perendaman benih dengan insektisida |
C. CARA PENANAMAN
Gb. Penanaman jagung secara tugal |
D.
PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG
Gb. Penyiraman tanaman jagung menggunakan springkel |
Pemeliharaan tanaman jagung dapat dilakukan 6 cara yaitu penjarangan atau penyulaman, penyiangan, pembubunan, pemupukan, penyiraman dan penyemprotan. Penjarangan dilakukan saat ada benih yang satu lubang ada dua jagung maka dilakukan penjarangan, dan penyulaman dilakukan penyisipan tanaman yang mati dan mengantikan tanaman baru. Penyiangan dilakukan dengan membersihkan tanaman yang menganggu di sekitar tanaman jagung. Pembubunan dilakukan secara bersamaan dengan penyiangan yang bertujuan untuk memperkuat atau mempercepat pertumbuhan tanaman.
Pemupukan dilakukan 3-4 minggu setelah tanam menggunakan pupuk urea, kcl, tsp sesua dengan dosis yang sudah di tentukan. Penyiraman dilakukan scukupnya 2 kali dalam sehari. Sedangkan penyemrotan dilakukan pada saat tanaman sudah terkena hama dan penyakit yang bertujuan untuk mengendalikan penyakit tanaman.
E. Pengelolaan Hama dan Penyakit Terpadu
Pengendalian organisme pengganggu tanaman seperti hama dan penyakit dapat dilakukan dengan menerapkan konsep pengendalian hama dan penyakit terpadu yakni pengendalian populasi organism pengganggu tanaman dengan menggunakan satu atau lebih dari bentuk teknik pengendalian yang dikembangkan dalam satu kesatuan untuk mencegah timbulnya kerugian secara ekonomis dan kerusakan lingkungan. Cara pengendalian yang diutamankan adalah dengan menggunakan pengendalian yang aman untuk lingkungan, pengguna dan konsumen itu sendiri. Tujuan dari PHT sendiri yaitu untuk tetap mempertahankan populasi hama dibawah ambang kerusakan ekonomis bukan untuk menghilangkan ham itu sendiri.
1.
Pengamatan
Tahapan awal dalam menerapkan konsep PHT adalah dengan melakukan pengamatan. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui intensitas serangan atau kepadatan populasi OPT, luas serangan, daerah penyebaran dan factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan OPT tersebut. Yang terpenting adalah mengidentifikasi hama target seblum melakukan tindakan apapun. Salah identifikasi dapat menimbulkan pengendalian yang tidak efektif dari hama yang sebenarnya. Selain itu juga perlu dilakukan pencarian tanda-tanda khusus dari hama yang menyerang area petanaman.
2.
Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan analisis dari
pengamatan dilapangan. Keputusan dapat berupa diteruskannya kegiatan pengamatan
atau pelaksanaan tindakan pengendalian.
3.
Tindakan
Pengendalian
Tindakan pengendalian dilakukan apabila populasi atau tingkat serangan OPT dapat menimbulkan kerugian secara ekonomis atau hasil analisis data pengamatan sudah mencapai ambang pengendalian. Syarat dari pengendalian OPT harus memenuhi aspek tekni yaitu :
a. Memadukan berbagai cara pengendalian yang serasi, selaras, dan seimbang dengan menerapkan prinsip PHT.
b. Mengutamakan pengendalian dengan teknik budidaya yang tepat, pengendalian secara fisik/mekanik, biologi dan genetik.
c. Menggunakan pestisida apabila sungguh-sungguh sangat terpaksa karena populasi hama sangat tinggi dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan sangatlah berat.
Pengendalian OPT secara teknik budidaya yaitu dengan melakukan pengolahan tanah yang baik dan benar, menggunakan benih dari varietas yang tahan OPT, benih yang bermutu sehat, dengan pengaturan jarak tanam yang ideal, pola tanam yang baik, waktu tanam yang tepat, pemupukan secara berimbang, pengaturan drainase yang baik serta menanam jenis tanaman perangkap bahkan rotasi tanaman.
Pengendalian secara fisik maupun mekanik dilakukan dengan cara sanitasi lingkungan secara selektif terhadap tanaman yang terserang OPT, pengambilankelompok telur/ ulat dari tanaman terserang, dan pemasangan penghalang berupa kelambu, rumah kaca atau plastic transparan.
Pengendalian OPT secara biologis dilakukan dengan cara memanfaatkan musuh alami dengan agens hayati. Dapat pula dilakukan dengan sebuah peraturan dengan karantina tumbuhan.
Alternative terakhir dalam pengendalian OPT dengan menggunakan bahan kimia (pestisida). Ditinjau dari bahan aktifnya, pestisida dapat dibagi dalam dua macam, yakni pestisida hayati dan pestisida sintetis. Pestisida hayati adalah pestisida yang terbuat dari mahluk hidup yang bahan aktifnya dapat digunakan untuk pengendalian OPT. sedangkan pestisida sintetis memiliki bahan aktif dari hasil sintesa kimia yang berada dalam beberapa golongan. Penggunaan pestisida hanya berlaku jika berdasarkan hasil pengamatan terhadap OPT telah melebihi ambang batas pengendalian. Sedangkan aplikasi pestisida harus dilakukan pasa saat OPT berada dalam stadia peka dengan dosis minimum namun efektif dan penyemprotan pada bagian yang terserang saja.
Hama
Tanaman Jagung
1.
Lalat Bibit/ Atherigona exigua (Diptera : Muscidae)
Gb. Hama lalat bibit pada tanaman jagung |
Lalat bibit mulai menyerang pada tanaman muda hingga umur 3 minggu. Serangan lalat bibit terjadi pada musim hujan. Larva yang baru menetas masuk dalam jaringan tanaman melalui titik tumbuh sambil makan pelepah daun bagian dasar yang masih menggulung. Dalam waktu yang tidak lama, titik tumbuh mulai layu dan jaringan mulai membusuk dan kemudian tanaman mati. Lalat bibit sangatlah kecil dengan panjang 3-4 mm, berwarna hitam kelabu. Keberadaan lalat ini dapat diketahui jika pengamatan dilakukan pagi hari, mulai pukul 06.00 dan sore hari pukul 16.00-19.00. Lalat bibit aktif terbang disekitar lahan pertanaman. Perkembangan telur sampai dewasa 26 hari. PHT yang perlu dilakukan adalah dengan menggunakan tanaman varietas tahan, jika tanaman terserang segera lakukan pemupukan dengan 50 kg/ha urea dengan cara ditugalkan.
Upaya pencegahan umur 5-7 hari sebelum tanam dilakuakan penyemprotan insektisida pada sore hari pukul 14.00-16.00 dilahan pertanaman.
Gb. Ulat grayak pada tanaman jagung |
Ulat ini selalu dating ke area pertanaman dalam jumlah yang besar, ulat ini aktif menyerang pada malam hari dan pada siang hari bersembunyi ditanah yang lembab. Ciri utama dari ulat grayak ini yaitu pada ruas perut ke-empat dan ke-sepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam dibatasi garis kuning pada bagian samping dan punggung. Pengendalian dengan PHT yaitu melakukan sanitasi lingkungan, pengelolahan tanah dengan membalik tanah hingga ulat dalam tanah mati. Penyebaran musuh alami. Serta pengambilan dengan tangan atau pun alat terhadap larva, kemudian dibakan jika masih bias dikendalikan dengan fisik dan mekanik. Penggunaan Insektisida dengan dosis sesuai anjuran pemakaian jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi.
Gb. Hama penggerek batang tanaman jagung |
Larva menyerang daun dan menimbulkan bercak putih pada permukaan daun. Larva muda dapat pula menyerang pucuk daun yang menggulung dengan cara menggerek, sehingga terbentuklah lubang melintang pada daun. Larva muda bila mengganggu akan menjatuhkan diri. Larva yang baru muncul berwarna merah keungu-unguan dengan warna hitam dikepala dan tubuh yang gelap. Telur berbentuk lonjong dan diletakkan dibawah permukaan daun.Pengendalian dilakukan secara PHT dengan rotasi tanaman atau tanam serentak, tanaman yang terserang diambil hamanya lalu dibakar/dibunuh, jika tanaman sudah tidak bias berproduksi lagi maka tanamah harus dicabut dan dibakar. Penggunaan insektisida jika diperlukan dan pembersihan inang alternative setelah panen dan sebelum tanam.
4. Ulat Tongkol/ Heliothis armigera (Lepidoptera : Noctuidae)
Gb. Hama ulat tongkol pada tanaman jagung |
Ulat tongkol ini menyerang tongkol yang paling banyak diserang adalah tongkol yang muda dapat pula menyerang daun atau tangkai daun. Larva menggerek masuk melalui bagian ujung tongkol. Telur berbentuk bulat, larva berwarna kuning pucat dengan kepala berwarna hitam. Pupa diletakkan ditanah. Pengendalian dengan PHT yaitu dengan rotasi tanaman dan penggunaan insektisida jika sudah mencapai ambang kerusakan ekonomi dan kerusakan sudah lebih dari 50%.
Penyakit
pada Tanaman Jagung
1.
Penyakit Bulai (Peronosclerospora philipinensis)
Gb. Penyakit bulai pada tanaman jagung |
Konidia p. philipinensis berwarna coklat, bersekat, berbentuk bulat. Konidia ini dibentuk pada tangkai sederhana yang tumbuh pada bercak. Konidia ini dapat disebarkan oleh angin dan dapat terbawa benih.ejala daun yang terinfeksi berwarna khlorotik, biasanya memanjang sejajar tulang daun, dengan batas yang jelas, dan bagian daun yang masih sehat berwarna hijau normal Warna putih seperti tepung pada permukaan bawah maupun atas bagian daun yang berwarna khlorotik, tampak dengan jelas pada pagi hari. Daun yang khlorotik sistemik menjadi sempit dan kaku.
Tanaman menjadi terhambat pertumbuhannya dan pembentukan
tongkol terganggu sampai tidak bertongkol sama sekali. Jamur dapat bertahan
hidup sebagai miselium dalam biji, namun tidak begitu penting sebagai sumber
inokulum. Infeksi dari konidia yang tumbuh di permukaan daun akan masuk
jaringan tanaman melalui stomata tanaman muda dan lesio lokal berkembang ke
titik tumbuh yang menyebabkan infeksi sistemik.
Konidiofor dan konidia terbentuk keluar dari stomata daun
pada malam hari yang lembab. Apabila bijinya yang terinfeksi, maka daun
kotiledon selalu terinfeksi, tetapi jika inokulum berasal dari spora,daun
kotiledon tetap sehat. Pengendalian secara PHT yaitu dengan melakukan perbaikan
pola tanam, meliputi pergiliran tanaman dan tanam serempak. Pemusnahan inokulum
dan tanaman sakit dengan cara dicabut dan dibakar. Menggunakan benih jagung
varietas tahan. Melakukan perlakuan benih dengan fungisida.
2.
Penyakit Karat daun (Puccinia sorghii)
Gb. Penyakit karat daun pada tanaman jagung |
Jamur ini berwarna coklat, epidermis daun yang menutupnya segera pecah. Urediospora bulat atau jorong, 24-29 x 22-29 mikrometer, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus, tebal 1,5-2 mikrometre, pori 3-4, ekuatoral. Jamur membentuk telium terbuka, berwarna hitam, di tempat yang sama dengan uredium; biasanya pada waktu tanam menjelanng masak. Teliospora jorong, berbentuk tanbung atau gada, tumpul atau agak meruncing, biasanya agak mengecil pada sekat, 35-50 x 16-23 mikrometer, dengan dinding berwarna coklat. Pada awal infeksi gejala berupa bercak kecil, berbentuk oval kemudian bercak semakin memanjang berbentuk ellips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar, warnanya hijau keabu-abuan atau coklat. Panjang hawar 2,5-15 cm, bercak muncul awal pada daun yang terbawah kemudian berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot. Cendawan ini dapat bertahan hidup dalam bentuk miselium dorman pada daun atau pada sisa sisa tanaman di lapang.n Puccinia sorghi membentuk urediosorus panjang atau bulat panjang pada daun. Epidermis pecah sebagian dan massa spora dibebaskan yang menyebabkan urediosorus berwarna coklat atau coklat tua. Urediosorus yang masak berubah menjadi hitam bila teliospora terbentuk.
Jamur karat tidak dapat
mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung. P.sorghi terutama
juga mempertahankan diri pada tanaman jagung yang masih hidup, dandipencarkan
pada urediospora yang dapat terangkut jarak jauholeh angin dengan tetap hidup.
Selain pada jagung, jamur ini telah diketahui membentuk uredium dan telium. Pengendalian
dengan PHT yaitu dengan penanaman varietas tahan, sanitasi lingkungan,
pergiliran tanaman dan menanam benih sehat.
F.
PEMANENAN TANAMAN JAGUNG
Gb. Jagung siap panen |
Tanaman jagung dapat di panen dilakukan ketika jagung sudah tampak tua, tanaman ini dapat di panen pada saat berumur 86-96 hari setelah tanam. Jagung yag sudah dapat di panen yaitu biji kering, keras dan mengkilat. Pemanen dilakukan dengan cara memetik atau memutarnya agar mematahkan tangkai buah jagung.
G. PERLAKUAN
PASCA PANEN
1.
Pemisahan Tongkol
Gb. Pemilihan tongkol jagung |
-
Menghindari Penularan Hama Penyakit
- Menjaga Kualitas Jagung Pipilan Yang Dihasilkan
- Memudahkan penanganan selanjutnya
2.
Pengupasan
Gb. Pengupasan kulit jagung |
3.
Pengeringan
Gb. Pengeringan jagung degan cara dijemur |
Tujuan pengeringan
· Menurunkan kadar air biji sehingga aktivitas
biologis terhenti dan mikroorganisme serta serangga tidak bisa hidup di
dalamnya
· Meningkatkan daya simpan biji jagung
· Pengangkutan
lebih ringan, sehingga biaya pengangkutan dapat dikurangi
· Khusus
untuk jagung yang akan digunakan sebagai benih, pengeringan dapat meningkatkan
Viabilitas benih (tingkat pertumbuhan benih)
· Meningkatkan nilai ekonomi jagung
· Menghindari kontaminasi biji jagung dari
cendawan Aspergilus flavus yang dapat meningkatkan aflatoxin ambang
batas Aspergilus flavus
menurut FAO 30 (pbb)
4.
Cara pengeringan
a.
Pengeringan
alami
·
Pengeringan
dapat dilakukan dengan bentuk tongkol berkelobot, tanpa kelobot, dan pipilan.
·
Untuk
menurunkan kadar air dari 38% menjadi 12-14% pada ketiga bentuk jagung tersebut
dibutuhkan waktu masing-masing 91 jam, 87 jam dan 57 jam
·
Menggunakan
alas atau lantai atau digantung
·
Kadar Air berkisar 9-12%
b.
Pengeringan melalui Pengasapan
·
Dilakukan dengan cara memberikan asap
·
Jarak
jagung dengan tongkol dari sumber asap 80 cm
·
Lama pengasapan 7 hari
· Penurunan
kadar air dari 29% menjadi 14%
c.
Pengeringan dengan mesin
· Menggunakan mesin pengering
· Panas pengeringan 38-430 C
· Kadar air 12-13%
Keuntungan Penggunaan Mesin Pengering
·
Mengemat tenaga manusia terutama musim
penghujan
·
Dapat digunakan setiap saat
·
Dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai kadar
air yang diinginkan
·
Pengeringan dapat dilakukan sekaligus atau
bertahap
d.
Tahapan
Pengeringan
Pengeringan awal
Tujuan
dari pengeringan awal yaitu ;
- Menurunkan Kadar
air dari kering panen menjadi 18-20%
- Memudahkan pemipilan
- Mempercepat pemipilan
- Mengurangi butir rusak, terkelupas kulit terluka
dan cacat akibat pemipilan
Pengeringan
akhir
Pengeringan akhir bertujuan untuk menurunkan kadar air
dari 18-20% menjadi 12-14% dan dilakukan terhadap jagung yang sudah dipipil
5.
Pemipilan
Gb. Pemipilan menggunakan mesin |
Kelebihan
dan Kekurangan Pemipilan Secara Tradisional dan Mekanis
Tradisional
- Kerusakan rendah
- Dapat memilih yang rusak
- Kapasitas rendah
Mekanis
- Kerusakan biji relatif lebih besar
- Kapasitas produksi relatif
tinggi
- Kehilangan hasil relatif lebih besar
H. PENYORTIRAN DAN PENGGOLONGAN
Gb. Penyortiran biji jagung menggunakan mesin |
I. PENGEMASAN
- Memudahkan penanganan (pemindahan dan penyimpanan)
- Perlindungan dari cuaca diharapkan pengemasan
dapat melindungi biji jagung dari cuaca luar yang merugikan misalnya kelembaban
udara yang tinggi, bocoran hujan.
- Perlindungan dari gangguan hama selama
penyimpanan
- Perlindungan dari gangguan cendawan
Bahan
kemasan yang dapat digunakan
- Kantung plastik
- Kertas
- Karung atau
wadah yang kaku
Persyaratan
Bahan
- Mudah didutup
- Relatif murah
- Dapat digunakan berulang ulang
- Dapat menghemat ruangan
J. PENYIMPANAN
- Letak gudang strategis, arah bangunan membujur dari barat
ke
timur sehingga luas dinding yang tertimpa sinar dapat
dikurangi dan gudang
tetap dalam kondisi dingin.
- Guna
menghindari serangan hama, gudang dibersihkan.
- Kontruksi
gudang perlu diperhatikan dari kemungkinan
kebocoran, sirkulasi udara yang
cukup dan keamanan.
- Ventilasi
gudang harus cukup sehingga suhu dalam tetap stabil
dan merata.
- Tempat
penyimpanan berlantai dilengkapi lantai palsu dengan
tinggi minimal 15 cm,
sehingga jagung tidak kontak langsung
dengan lantai.
- Hindari
celah pada dinding yang dapat dijadikan
persembunyian hama.
- Sekeliling
gudang bersih dari semak agar tidak dimanfaatkan
tikus untuk memanjat, dan
gudang tidak lembab.
Penyimpanan
untuk benih :
- Untuk bentuk tongkol berkelobot,
gantungkanlah di para-para
dengan pengasapan tiap hari.
- Untuk
bentuk pipilan, setelah dicampur dengan abu kering,
bungkus rapat-rapat dengan
plastik kedap udara, kemudian
simpanlah dalam wadah dan ditutup. Wadah dapat
berupa
semacam silo kayu atau drum. Jika kadar air biji 10%, maka
campuran abu
tidak diperlikan.
Penyimpanan untuk konsumsi :
Bentuk pipilan dengan kadar air 12%, bungkus secara rapat
dengan plastik kedap udara atau kaleng. Atau bungkus dengan plastik yang
dilapisi karung dan disimpan dalam tempat bersih dan kering.
Daftar
Pustaka
- AAK. (1993). Teknik Bercocok Tanam Jagung. Yogyakarta. Kanisius.
2. Amelia
Feryna Bulan Dini. 2014. Pengendalian Hama Penyakit Terpadu. http://bieanz.blogspot.co.id/2011/04/pengendalian-hama-penyakit-terpadu.html. Diakses pada
tanggal 29 Desember
2017 pukul 20.30 WIB.
- Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (1998). Budidaya Kedelai dan Jagung. Palangkaraya. Departemen Pertanian.
- Saenong, Sania. (1988). Teknologi Benih Jagung. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
- Widada A. S. 2015. Hama dan penyakit tanaman, Holtikultura dan Perkebunan masalah dan solusinya. Kanisius . Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar